film Cita-Citaku Setinggi Tanah

 "Impian itu bukan hanya di Tulis tapi harus bisa Di Wujudkan"

Ada perasaan miris ketika bertandang ke salah satu bioskop di Semarang siang kemarin untuk menyaksikan Cita-Citaku Setinggi Tanah. Bagaimana tidak, hanya ada empat penonton yang ada di dalam gedung bioskop menyaksikan film sepanjang 75 menit ini. Padahal saat itu adalah hari pertama film ini dilempar ke pasaran. Apakah promosi kurang gencar sehingga publik belum menyadari keberadaannya atau publik telah benar-benar masa bodoh dengan film Indonesia? Kemana perginya kalian yang selama ini berkoar-koar membutuhkan film buatan anak bangsa yang berkualitas? Seriously, It’s a good movie. Ini adalah waktu yang tepat untuk membuktikan kepedulian kalian. Bahkan, penjualan tiket untuk film ini seluruhnya akan didonasikan untuk anak-anak penderita kanker. Niatan tulus yang seharusnya mendapat dukungan penuh dari masyarakat. Terlepas dari apakah donasi ini hanya dipergunakan sebagai alat untuk menarik perhatian penonton atau tidak, Cita-Citaku Setinggi Tanah tetaplah sebuah sajian yang sebaiknya tidak Anda lewatkan begitu saja. 

Film arahan Eugene Panji yang berceritakan tentang 4 orang anak SD yang bersahabat, mereka adalah Agus (M Syihab Imam Mutaqqin), Sri (Dewi Wulandari Cahyaningrun), Jono (Rizqullah Maulana Daffa), dan Puji (Iqbal Zuhda Irsyad). mereka mendapatkan tugas untuk membuat essai tentang cita-cita mereka, Sri yang selalu ingin dipanggil dengan panggilan Mey ingin jadi artis, Jono yang selalu menjadi ketua kelas ingin menjadi tentara, sedangkan Puji yang hoby ngupil bercita-cita bisa membahagiakan orang lain, dan Agus seorang anak sederhana yang selalu makan tahu bacem setiap hari bercita-cita ingin makan di restoran padang. mungkin kamu akan tertawa ketika mendengar cita-cita mereka yang terdengar sederhana.

Untuk mencapai cita-citanya masing-masing mereka punya cara tersendiri untuk mewujudkannya, tapi yang paling unik adalah cita-cita Agus yang ingin makan di restoran padang, karena untuk bisa makan di restoran padang mereka berfikir setiap piringnya mereka harus membayar lima ribu rupiah, dan biasanya di restoran padang disajikan bisa sampai 10 piring yang berisi lauk pauk yang menggiurkan. karena itu mereka merasa makan direstoran padang itu mahal, padahal seperti yang kita tahu makan direstoran padang hanya membayar apa yang kita makan saja :) 

Bahkan Puji sampai mengejek cita-cita Agus tersebut, ia mengatakan bahwa cita-citanya rendah tapi menyusahkan. Agus yang tak kenal menyerah tetap berniat untuk mewujudkan cita-cita “mahalnya” itu. Hidup dikeluarga sederhana tidak membuat Agus menyerah, walau hidup keluarganya dinafkahi dari seorang ayah pekerja di pabrik tahu Agus tetap senang masih bisa makan tahu bacem buatan ibunya, bahkan tahu bacam sama seperti nasi yang menjadi makanan pokok keluarganya, setiap pagi makan tahu bacem, siang makan tahu bacem, dan malam makan tahu bacem lagi. Tetapi akhirnya ia mulai merasa bosan dan ingin makan makanan yang lebih enak dan bervariasi, karena itulah ia memiliki cita-cita untuk makan di restoran padang.

Pola pikir Agus yang masih belia berubah mindsetnya tentang cita-cita berkat nasihat dari Mbah Tapak yang mengatakan bahwa Impian itu bukan hanya di Tulis tapi harus bisa Di Wujudkan. dan Agus mulai mencari cara untuk bisa mewujudkan cita-citanya. bagaimana cara Agus untuk bisa makan di restoran padang?saksikan Cita-Citaku Setinggi Tanah Di Bioskop kesayangan Anda yang mulai tayang 11 Oktober 2012.

Exceeds Expectations




 Trailer Film Cita-citaku Setinggi Tanah




Naskah buatan Satriono yang berbicara lantang berpadu manis dengan akting dari para pemainnya, khususnya para aktor cilik pendatang baru, yang natural serta soundtrack yang ‘easy listening’ dan ditempatkan secara pas. Namun yang benar-benar membuat saya jatuh hati dengan film ini adalah alur cerita dan para tokohnya yang merakyat yang dapat saya jumpai dengan mudah dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin ini adalah kisah tetangga, keponakan, anak, cucu, sepupu, atau malah justru Anda sendiri. Ini bukan sebuah fantasi kehidupan, bukan juga sebuah halusinasi kehidupan, tapi ini sebuah realita kehidupan. Dekat sekali di hati. Maka saya sungguh menyayangkan jika film sebagus, sejujur, dan sehangat Cita-Citaku Setinggi Tanah ditanggapi dingin oleh masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar